Book contents
- Frontmatter
- Contents
- Acknowledgments
- Note to the Reader
- Introduction
- Part 1 The Present
- Part 2 The History
- Appendix 1 Kecak dan Wisata Budaya di Bali (Indonesian Summary)
- Appendix 2 Kecak Groups of Bali in 2000–2001 (Badung and Gianyar)
- Appendix 3 Facsimile of a Letter from Walter Spies to Leo Spies, 1932
- Glossary
- Bibliography
- Index
Appendix 1 - Kecak dan Wisata Budaya di Bali (Indonesian Summary)
Published online by Cambridge University Press: 07 October 2022
- Frontmatter
- Contents
- Acknowledgments
- Note to the Reader
- Introduction
- Part 1 The Present
- Part 2 The History
- Appendix 1 Kecak dan Wisata Budaya di Bali (Indonesian Summary)
- Appendix 2 Kecak Groups of Bali in 2000–2001 (Badung and Gianyar)
- Appendix 3 Facsimile of a Letter from Walter Spies to Leo Spies, 1932
- Glossary
- Bibliography
- Index
Summary
Ringkasan Bahasa Indonesia
diterjemahkan oleh I Wayan Sudirana
Pertunjukan tari kecak (tarian dramatis yang ada di Bali) sering ditemukan dalam iklan perjalanan ke Bali atau Indonesia, dan digunakan sebagai pameran seni pertunjukan tradisional Bali. Para wisatawan di Bali senang menonton pertunjukan tersebut, tetapi jarang ditemui penonton Bali yang menonton kecak. Buku ini bertujuan untuk menggambarkan kenapa orang asing lebih tertarik menonton kecak daripada orang lokal. Untuk itu, saya memberi analisis dan deskripsi menyeluruh tentang kecak dalam bentuknya sekarang, bentuk standardnya, dan sejarah asal mula kecak pada tahun 1930-an dan perkembangan selanjutnya sebagai genre wisata.
Bagian pertama dimulai dengan struktur musik (Kecak—the Music). Yang dibahas adalah struktur melodik dan struktur ritmisnya, demikian pula fungsi utama juru klempung, juru tarek, juru tembang, dan dalang. Yang difokuskan adalah pola cak dari pengecak (anggota grup kecak). Saya juga memberi informasi tentang pangalang, bagian serentak yang digunakan sebagai selingan dalam sebuah pertunjukan. Bab ini diakhiri dengan melihat posisi tempat duduk para pengecak untuk menjelaskan bagaimana penempatan grup di panggung supaya dapat menghasilkan suara bagus.
Bab selanjutnya (Kecak—the Dance) memfokuskan pada aspek tari, menganalisis gerakan para pengecak serta penari solo. Yang dijelaskan adalah asal-usul bentuk tari solois, yaitu wayang wong, sendratari ramayana, dan tari lepas dari gong kebyar. Saya juga memasukkan gambaran fungsi-fungsi karakter dalam pertunjukan-pertunjukan tarian yang halus, keras, dan kasar. Babini diakhiri dengan analisis koreomusikal tentang hubungan bunyi dan gerak dalam kecak oleh seluruh anggota kecak.
Bab ketiga (Kecak—the Drama) didedikasikan untuk aspek dramatis dari pertunjukan kecak. Disini, saya fokus pada versi standar Kepandung Sita, yaitu merupakan versi kependekan dari Epos Ramayana dari India. Saya menelusuri asal-usul dan adaptasi Ramayana ke dalam seni pertunjukan Bali, melalui kakawin ramayana menuju proses perubahan menjadi pertunjukan kecak. Untuk membawa ciri khusus pertunjukan drama Bali agar menarik perhatian penonton internasional, saya membandingkan konsep teater Euro-American dengan teater Bali. Fokusnya adalah pada desain panggung, lokasi penonton dengan panggung, dan pengembangan plot dibandingkan dengan persediaan tokoh (stock characters). Bagian kedua dari bab ini adalah penjelasan rinci tentang pertunjukan Kepandung Sita yang diselingi dengan analisis pengembangan plot dan pelaksanaannya yang dramatis. Bagian ini menunjukkan bagaimana kelompok pengecak digabungkan dalam berbagai tingkatan: sebagai pemandangan hidup, aktor dalam plot, dan tentu saja menyediakan musik (gamelan suara) untuk keseluruhan pertunjukan.
- Type
- Chapter
- Information
- The Kecak and Cultural Tourism on Bali , pp. 331 - 334Publisher: Boydell & BrewerPrint publication year: 2021